Sesaat setelah Shalat Dzuhur,
tiba-tiba seperti ada yang mengetuk pintu kamar hotelku, setelahku buka ternyata
ada si Andre teman satu timku.
“Van, kita semua di suruh ke lobby hotel
sekarang!!” kata Andre sambil terburu-buru.
“Oke
bro, nanti aku nyusul.” Sambil mengunci pintu kamarnya.
Setelah sampai di lobby hotel semua
pemain dan official berkumpul dan
diberi penjelasan oleh pelatih timku Pak Hendra tentang persiapan pertandingan
final Piala Presiden U-15 yang akan di laksanakan sore nanti antara timku Cyber
City FC melawan juara bertahan Jak Army FC.
“Untuk
semuanya mohon nanti jam 15.00 harus sudah berada di lobby hotel untuk
persiapan berangkat ke Stadion, SIAP!” kata Pak Hendra dengan suara khasnya
yang keras dan tegas.
“SIAP,
Pak!! jawab semua dengan serentak.
Jam menunjukan pukul 15.00 aku dan semua
pemain serta Official sudah berkumpul
di lobby hotel dan langsung menaiki bus. Suasana di bus sangat ramai, semua
terlihat ceria dan enjoy menghadapi
pertandingan nanti.
Sesampainya di locker room Stadion Utama Gelora Bung Karno semua pemain melakukan
persiapan, aku memilih untuk di pijat ^.^ . Tiba-tiba Pak Hendra memanggilku.
“Van,
kamu saya pilih menggantikan Rio sebagai kapten. Apakah kamu siap? Kata Pak
Hendra.
“SIAP,
Pak!! Jawabku dengan tegas.
Dengan perasaan gugup, aku memimpin
teman-temanku masuk ke lapangan dan bersalaman dengan pemain-pemain Jak Army
FC. Setelah itu aku melakukan coin toss dengan
kapten dari Jak Army FC yaitu Rizki yang terkenal dengan permainannya yang
kasar.
“Ya,
anda milih merah atau hitam?” ucap wasit kepada Rizki.
“Saya
merah, bos” ucap Rizki.
“Ok,
berarti anda hitam.” ucap wasit kepadaku. Sambil melempar koin.
“Baiklah
merah, mau pilih bola atau tempat.” Ucap wasit kepada Rizki.
“Saya
bola, bos.” Ucap Rizki.
“Hitam
pilih tempat, pesan saya bermain yang sportif dan yang boleh berbicara dengan
wasit hanya kapten, siap.”
“Siap.”
Ucap kami berdua. Sambil bersalaman dengan ketiga wasit.
Pertandingan dimulai, di awal
pertandingan timku langsung mengambil inisiatif serangan lewat kedua sayap.
Namun di pertengahan babak pertama kesalahan yang kubuat saat melakukan hands ball membuat Rizki bisa mencetak
gol ke gawang timku lewat tendangan bebasnya, skor menjadi 1-0 untuk Jak Army
FC. Sampai babak pertama berakhir skor masih 1-0. Di locker room semua pemain terdiam tidak terkecuali aku.
“Maaf
teman-teman gol itu terjadi karena kesalahanku. “Ucapku dengan nada sedih.
“Sudah,
tidak apa-apa van. Di babak kedua kita coba untuk menyamakakan kedudukan. Ayo
semangat semua!!” Ucap Pak Hendra untuk menyemangati kami semua.
Babak kedua segera dimulai, aku
memandang ban kaptenku dan aku merenung sesaat sebelum masuk ke lapangan.
“Ban
kapten ini adalah tanggung jawabku, aku harus berjuang demi kemenangan timku.
Kemenangan adalah harga mati untukku.” Renunganku ini yang membuatku kembali
bersemangat.
Babak kedua di mulai, tim Jak Army
FC langsung menekan pertahanan timku. Lalu aku menginstruksikan teman-temanku
agar membantu pertahanan kecuali Andre yang tetap berada di depan.
“Ayo
semua turun, Andre kau tetap di depan. Kita akan menggunakan taktik serangan
balik.” Seruku ke seluruh pemain.
Sebuah momentum terjadi saat aku
mendapatkan bola, aku langsung memberikan umpan jauh kepada Andre, Andre yang
tanpa pengawalan langsung menggiring bola kedepan gawang Jak Army FC dan
mencetak gol penyeimbang, kedudukan berubah menjadi 1-1.
Penonton semakin ramai dan waktu
yang hanya tinggal beberapa menit membuat pertandingan berubah menjadi
keras, saat Andre sedang menggiring bola
tiba-tiba dari belakang Rizki melakukan sliding
tackle, dan Andre pun terpancing emosi, Andre hampir saja memukul Rizki,
namun aku langsung menenangkan Andre.
“Tenang
Ndre, tenang, kita dalam posisi menyerang sekarang!!” ucapku ke Andre.
“Baik
van, OK..” ucap Andre.
Lalu wasit memberikan kartu merah ke
Rizki, dan timku mendapatkan tendangan bebas, yang posisinya sangat ideal
bagiku.
“Van,
ambil tendangan bebas itu!!” Teriak Pak Hendra.
“Ok!!”
teriaku, sambil mengangkat jempol.
Pemain Jak Army FC mulai membuat
pagar hidup, dan aku mulai berpikir bagaimana cara memasukan bola ke gawang Jak
Army FC.
“Kalo
aku tendang dengan mendatar dan keras mungkin
saja bola akan membentur pagar hidup, tapi kalo aku tendang dengan akurasi dan
tidak terlalu keras mungkin bola akan melambung dan melengkung. Baiklah akan
kutendang dengan akurasi.” Ucapku di dalam hati.
Setelah itu aku siap untuk menendang
bola walaupun dengan rasa gugup dan takut. Bola
kutendang, sesuai dengan perkiraanku bola melambung dan melengkung dan
tidak kuduga bola itu masuk dengan indah. Semua bersorak menyambut golku, aku
langsung menghampiri Pak Hendra dan memeluknya.
“Bagus
van, itu luar biasa, ayo semua semangat.” Seru Pak Hendra.
Tidak lama kemudian wasit meniup
peluit tanda berakhirnya pertandingan. Semua pemain dan official timku langsung memasuki lapangan dan meluapkan kegembiraan.
“Champione,
Champione.. OLE..OLE..OLE..” nyanyian timku untuk meluapkan kegembiraan.
Setelah itu timku dipanggil untuk
menaiki podium dan masing-masing pemain dan
Official mendapat mendali emas, aku yang menyandang sebagai kapten tim
berada di paling belakang bersama Pak Hendra. Saatnya untukku telah tiba untuk
diberi mendali dan mendapatkan Piala Presiden U-15 yang diberikan oleh ketua
umum PSSI.
“Selamat
ya..” kata Ketum PSSI.
“Terima
kasih Pak.” Jawabku.
Setelah itu kuangkat Piala itu dan
kami semua kembali bersenang-senang merayakan kemenangan
--THE
END--